Sabtu, 14 Mei 2016

Setelah meninggalkan Riba, Pengusaha Muslim Ini Akhirnya Dapat Melunasi Hutang 40 Milyar

Elang Gumilang, tidak berubah sejak 8 tahun lalu saya mengenalnya, tetap bersahaja.. Setiap yang keluar dari mulutnya selalu bermakna.
Sudah enam kali saya tidur sekamar dengannya, ketika dulu kami mengisi seminar bareng di berbagai kota. Ngobrol hingga larut malam, mendengar visinya tentang ekonomi Islam yang selalu membuat saya mendengkur duluan. Ilmunya melesat jauh di depan, visinya sudah 100 km ketika saya masih 1 km.
Tiap pagi di kamar dia yang minta ijin sholat dhuha duluan, khusuk diatas sajadah kecilnya. Sejak remaja sudah menempa hidupnya jualan donat, jualan minyak, sampai ketika kuliah IPB, tidak malu jualan lampu di kampusnya. Semua jadi ilmu yang menempa hidupnya.
Elang Gumilang, yang namanya ketika dipanggil sebagai pemenang pertama ajang bergengsi entrepreneur 2007, dia langsung sujud syukur di atas panggung, disaksikan 2000 lebih pasang mata di JCC, di usianya yang baru 22 tahun sudah berbisnis property dan membangun ratusan rumah sederhana untuk masyarakat bawah di Bogor.
Selalu menganggap dirinya orang kampung, ketika dulu harus tidur dipinggir sumur, bersebelahan dengan knalpot motor, akhirnya dia sering tidur di masjid agar dapat tempat yang lebih lega, sekaligus dia bisa mewakafkan waktunya disela kuliah membersihkan masjid.
Obrolan panjang kami berlanjut kemarin siang di kantornya yang megah di pinggiran kota Bogor.
Sejak bisnis dulu saya mengandalkan hutang bank konvensional mas, bertahun-tahun gak terasa hutang saya 40 Milyar. Sebulan saya harus membayar 600 juta ke bank, dan hutang pokoknya hanya berkurang sebagian, selebihnya adalah bunga…” Dia mulai bercerita. Saya mulai memasang frekuensi telinga di radar paling tinggi untuk menangkap semua ceritanya.
Kita yang terus menggerakkan bisnis ini, susah payah, tapi ketika kita belum ada penjualan bank tidak mau tau, kita tetap dipaksa harus membayar. Setiap saya lihat laporan keuangan, hutang saya tidak berkurang banyak, beban bunganya justru makin bertambah.” Lanjutnya.
“Akhirnya saya memutuskan harus segera meninggalkan riba ini, mencari cara lain berbisnis tanpa hutang bank..”
“Proses detailnya gimana Lang?” Tanya saya.
“Tidak semua langsung lunas mas, saya pun bertahap satu-satu. Pertama: saya memindahkan hutang saya di Bank Syariah, dengan akad setiap bulan bunganya tidak lebih besar dari pokoknya, dan ternyata bisa, tiap bulan pokok hutang saya terus menurun”
“Mmmmm…”
“Kedua: saya mulai fokus menggenjot penjualan rumah saya mas, permintaan juga makin banyak, setiap ada pemasukan langsung buat ngelunasin hutang.”
“Mmm.. Yayaya, terus?”
“Ketiga: Karena ijin sudah lengkap, tanah yang di akuisisi juga makin bertambah, ada tawaran akuisisi proyek dari Sedco Saudi Arabia senilai 270 Milyar mas, saya sudah tidak mau melibatkan bank. Lalu saya menerbitkan Sukuk (Obligasi Syariah) senilai 400 Milyar. Proyek Perumahan itu bisa senilai dua kali lipatnya kalo jadi nanti. Dan Allah benar-benar mudahkan mas, Garuda gabung membeli sukuknya 80 Milyar, Pertamina 90 Milyar dan lain-lain, sampai total modal 400 Milyar terkumpul, hutang saya di bank pun sudah lunas semua.”
“Wow! Gimana sistem bagi hasilnya Lang?”
“Perjanjian sesuai DSN (Dewan Syariah Nasional) yaitu Sukuk Ijarah (Sewa), 14% dalam tempo 2 tahun. Kalo dengan pajak, biaya2 sekitar 20%. Jadi misal kalau Telkom membeli Sukuk saya 80 Milyar, tahun kedua akan mendapatkan 96 Milyar.”

Acquisition process of PT. Manakib Rezeki from Sedco Capital

“Kalo misal rugi dan tidak terbayar lang?”
“Nanti asset dilelang mas, itulah adilnya sesuai syar’i, misal semua asset laku 600 Milyar, semua pembeli sukuk akan kebagian dari total 400 Milyar + 20%nya = 480 Milyar, yang sisanya 120 Milyar itulah asset perusahaan saya.”
“Mmmm.. Yayaya saya tambah ilmu lagi.” Saya membolak-balik laporan penilaian asset usahanya yang sudah dibuat dan dilaporkan OJK. Tiga tahun lalu masih diangka 11 digit, tahun ini assetnya sudah tembus 12 digit..
Saya tidak kaget.. Saya tidak iri.. Ini semua sudah seperti yang Elang katakan jauh-jauh hari kepada saya dulu.
“Mas baca deh Quran Ali Imran 26,
Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
“Semua ini milik Allah mas, kerajaan ini milik Allah, saya hanya mengelola saja, dan sewaktu-waktu Allah akan ambil jika Allah berkehendak. Ketika saya mantap meninggalkan riba, Allah kasih jalan lain yang lebih baik, asset saya tidak berkurang, justru makin bertambah..” Lanjut Elang.
Usianya masih 30 tahun sekarang, namun kemantapkan pola pikirnya sudah sangat matang. Ketika godaan kemewahan yang datang melanda, berapa banyak pengusaha yang tergelincir ketika tidak mampu menahan hawa nafsunya.
Kami berjalan keluar, Elang mengajak saya ke lokasi satu perumahannya.
“Ini satu komplek termasuk rumah untuk saya dan keluarga saya mas, itu disana nanti rumah saya berdampingan dengan bapak ibu, masjid di tengah kompleks ini senilai 3 Milyar akan segera jadi mas, disana sudah siap sekolah untuk anak-anak yatim dan duafa, bagian belakang adalah tempat tinggal mereka. Sekarang 23 orang tinggal di rumah saya, besok kalo sudah jadi bisa menampung 100 anak disini semua.”
Sore menjelang ketika saya belajar pada mantan penjual donat ini, wajahnya makin matang namun tetap bersahaja. Ternyata Sampai sekarang puasa senin kamis masih rutin dijalaninya. Jika dia mau, membeli Ferrari atau Lamborghini seharga 5 Milyar cash pun dia sanggup melakukannya.
Dia memilih cukup naik Honda CRV kemana-mana, hanya mobil biasa.. yang akan langsung berbelok ke masjid terdekat ketika panggilan adzan terdengar di telinganya.. Subhanallah
Ditulis oleh Saptuari Sugiharto
sumber: Islamedia – 
Dipublikasikan pertama kali di  Group Facebook Belajar Wirausaha Bareng Saptuari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar