Tan’im
adalah salah satu tempat miqat umrah bagi penduduk Makkah dan para mukimin
(orang-orang yang bermukim di Makkah). Mengambil miqot dari Ta’im setiap hendak
umrah , ini berlaku bagi setiap orang yang tinggal di Makkah, baik untuk
sementara[1] ataupun menetap. Letaknya di sebelah utara
Masjidil Haram dengan jarak kira-kira 7.5 km di pinggir jalan raya menuju kota
suci Madinah, sekaligus menjadi pembatas utara Tanah Haram.
Terdapat sebuah masjid di Tan’im, yang terkenal
dengan nama Masjid Siti Aisyah.
Sebab dinamakan Masjid Aisyah adalah pada tahun ke-9 Hijriyah –bertepatan
dengan Haji Wada’-,
Sayyidah Aisyah binti Abi Bakar ash-Shiddiq sedang udzur (haid) sehingga tidak bisa
melaksanakan umrah bersama-sama.
Dalam
suatu riwayat diceritakan bahwa ketika sedang datang bulan, Sayyidah Aisyah
diperbolehkan melaksakan semua rangkain manasiknya, kecuali melakukan thawaf (ifadhah). Jabir mengatakan,
“Begitu suci, Aisyah melaporkan kepada Rasulullah SAW. hendak mengerjakan thawaf.”
Kata Aisyah, “Anda semua telah mengerjakan umrah dan haji, sedangkan aku baru
mengerjakan hajinya saja.” Lalu Rasulullah memerintahkan Abdurrahman bin Abi
Bakar (saudara laki-laki Siti Aisyah) untuk mengantarkan ke Tan’im guna
melaksankan umrah,[2] yakni setelah mengerjakan haji pada bulan Dzul
Hijjah.”
Masjid
ini sering direnovasi dari masa ke masa. Dari pemerintahan satu ke pemerintahan
lainya, sampai pada masa pemerintahan Malik Fahad bin Abdul Aziz almarhum (Saudi Arabia).
Pada
masa pemerintahn Arab Saudi, khususnya pada masa almarhum Fahad bin Abdul Aziz,
masjid ini dibangun dengan menghabiskan dana yang sangat besar, yaitu
kurang lebih SR 100 juta. Sedangkan luas masjid ini sekitar 6000 M2,
dengan luas keseluruhan kira-kira 84.000 m2. Masjid ini dilengkapi
dengan berbagai fasilitas. Mulai dari halaman parkir, tempat wudhu’ dan toilet,
agar memudahkan orang-orang yang sedang melaksanakan umrah.
Di
dalam masjid juga dilengkapi dengan fasilitas yang cukup, seperti AC, kipas
angin, mushaf al-Qur’an, sertai lantai beralaskan permadani yang sangat indah.
Di samping itu, di masjid Siti Aisyah ini juga ada jadwal pengajian rutin yang
diisi oleh ulama’-ulama dalam negeri.
Masjid
ini buka 24 jam, karena setiap waktu banyak dari para pemukim dari luar atau
dalam yang senang mengerjakan umrah di tengah malam. Dari masjid ini juga
disediakan transportasi bus sebagai angkutan umum yang khusus menuju Masjidil Haram
setiap waktu dengan membayar SR 2 saja.
Tempat
ini juga mempunyai kisah yang sangat menarik di masa perjuangan Nabi SAW. Ada
dua orang sahabat Nabi yang terkenal dengan kegigihan dan keberaniannya. Mereka
adalah Zaid bin ad-Datsinnah dan Hubaib bin Adiy. Kedua sahabat ini bersama kawan-kawanya mendapat
perintah Nabi untuk menyamar dan mengintai. Namun keberadaan mereka telah
diketahui musuh sehingga semuanya tertangkap dan terbunuh menjadi syahid,
kecuali mereka berdua.
Kedua
sahabat Nabi ini dibiarkan hidup, namun dipaksa kembali ke agama semula. Karena
menolak dan tetap memeluk Islam, akhirnya mereka pun dibunuh dengan cara yang
sangat sadis. Zaid bin ad-Datsinnah dibawa keluar dari Tanah Haram dan dibunuh
di Tan’im oleh Umayyah bin Khalaf. Kegigihan Zaid dalam mempertahankan akidah
Islamiyah serta kecintaanya terhadap Rasulullah SAW. menjadikan Abu Sufyan
mengeluarkan statemen sebagai berikut, “Dari
semua orang, aku belum pernah melihat orang yang mencintai seseorang seperti
cintanya sahabat-sahabat Muhammad terhadap Muhammad.”[3]
Tan’im
juga menjadi salah satu miqat umrah di antara beberapa miqat yang ada. Ini
disebabkan karena tempatnya dekat dan transportasi lebih mudah dijangkau.
Disamping itu ada teks yang sharih. Mazdhab Imam Syafi’i mendahulukan Ji’ronah,
di dalam kitab “al-Idoh Fi Manasiki
al-Hajj” disebutkan “Lebih utama bagi orang yang berada di tanah Halal, miqotnya dari al-Ji’ranah,
karena Nabi berumrah darinya. Kemudian Tan’im, karena sesungguhnya Nabi
memerintahkan Aisyah RA. agar berumrah darinya. Kemudian al-Hudaibiyah, karena
sesungguhnya Nabi ketika akan memasuki kota Makkah untuk berumrah, beliau
memulai darinya.”[4] Syeh al-Fasi mengatakan, “ Ji’ranah adalah
tempat miqot paling tepat bagi penduduk Makkah, menginggat Nabi pernah berihram
dari tempat ini.” Imam Malik, Imam Syfi’i serta Ibnu Hambal berpendapat sama.[5]
masjid di Tan'im (Masjid Siti Aisyah)
[1]. Mereka yang datang pada musim Haji atau Umrah,
apabila hendak menunaikan Ibadah Umrah, mereka disunnakan mengambil miqot
dari Tanim ( Masjid Aisah).
[2] . Abu Umar Yusuf Ibnu Abdul Bar, al-Tamhid, 8/198
diterbitkan oleh Kementerian Wakaf dan Urusan Islam-Maroko
[3] . al-Maliki, Muhammad Alawi, Fi Rihabi al-Baiti al-Haram 316.
[4]. Syeh Imam al-Nawawi al-Naisaburi al-Idoh Fi Manasiki al-Haj wal Umrah,
383 yang disarah oleh Syeh Abdul Fattah Rowah, Dar al-Basyair al-Islmiyah- Beirut
[5] . al-Fasi, Syifaul Gharam Bi Ahbari Baladi al-Haram, 1/469-
Darul Kitab al-Arabi-Beirut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar